Tempat Wisata di Aceh. Part 1

7:17 AM 2 Comments

Jangan kira provinsi kita NAD tercinta ini miskin tempat tujuan wisata. Kalau kamu masih berpikir demikian, maka kamu salah besar. Mau tahu tempat wisata di Aceh yang bisa jadi target kamu untuk mengisi liburanmu. Berikut beberapa diantaranya.

KOTA SABANG

1. Pantai Gapang, Pulau Weh


Pantai Gapang terletak di Pulau Weh, Kotamadya Sabang. Pantai Gapang memiliki kekayaan alam bawah laut yang luar biasa, pantai pasir putih yang lembut, dan air pantainya yang jernih. sehingga pantai ini ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang gemar sorkling dan diving, Disini juga tersedia cottage yang disewakan, untuk sewa permalam tergantung jenisnya. Anda dapat menikmati berbagai macam sajian makanan seperti di Iboih. Tapi yang utama disini ada tempat diving bahkan ada sekolah diving. Kita dapat menyewa alat-alat yang dibutuhkan untuk diving dan snorkeling, totalnya per orang cuma Rp 50.000,- Anda dapat diving sepuasnya, di pantai ini juga tersedia aneka juice dan kelapa muda yang cukup enak untuk menghilang rasa dahaga saat habis berenang, snorkeling, dan diving.


2. Pantai Iboih, Pulau Weh


Pantai Iboih terletak di Desa Iboih, dengan Jarak tempuh 23 Km dari Kota Sabang Menuju Pantai Iboih, Pantai Iboih ini letaknya berdekatan dengan monument Kilo Meter 0. Merupakan salah satu objek wisata pantai pasir putih yang sangat indah, karena keindahannya yang alami dan air pantainya yang jernih, sehingga pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.

Pantai pasir putih yang indah ini sangat dikagumi oleh para wisatawan khususnya wisatawan asing, karena di pantai Iboh ini kita bisa temukan beranekaragam terumbu karang dan berbagai jenis ikan tropis. Pantai yang eksotik ini biasanya dikunjungi oleh para penggemar snorkling dan diving.

Di sini juga tersedia fasilitas yang cukup memadai, antara lain penginapan, bungalow, cottage, warung makan, dan penyewaan alat perlengkapan untuk snorkling dan menyelam. Dari pantai ini terlihat Pulau Rubiah dan Pulau Seulako yg merupakan kawasan wisata taman laut di Sabang. 


3. Pantai Paradiso, Pulau Weh


Pantai Paradiso adalah tempat favorit masyarakat Sabang untuk sekedar menghabiskan waktu sore sambil menikmati sunset disore hari dan juga bisa melihat kapal-kapal yang melintasi lautan. Di sepanjang pantai yang telah disediakan tempat duduk yang terbuat dari beton, kita bisa menikmati makanan yang dijual disekitar pantai. Ada satu jenis makanan yang mungkin jarang ditemui ditempat lain yaitu sate gurita, juga ada mie kepiting khas Aceh, dan aneka makanan lainnya. Di lokasi ini juga beradanya Sabang Fair, yaitu gedung yang digunakan untuk tempat promosi berbagai ragam barang yg dihasilkan oleh tiap kabupaten dan kota yang ada di Aceh (NAD). 


4. Panorama Pantai Klah, Teluk Sabang


Pulau Klah merupakan pulau kecil yang terletak di tengah teluk Sabang. Pemandangan alam di pulau Klah ini sangat indah dan mempesona.

Tidak ada penduduk yang bermukim di pulau Klah ini, hanya ada rumah peristirahatan untuk petugas Dinas Navigasi yg sedang menjalankan tugas mereka.

Pulau yang dikelilingi pantai yang landai ini cukup indah dan sangat bagus. Disekitar pinggir pantai terdapat keramba ikan Kerapu yang dikelola oleh penduduk setempat. 


5. Pantai Kasih, Pulau Weh


Pantai Kasih merupakan pantai berpasir putih yang letaknya dekat dengan pusat Kota Sabang. Dengan jarak tempuh sekitar 5 menit dari dari pusat kota Sabang. Karena letaknya yang tidak jauh dari dari Pusat Kota Sabang, masyarakat setempat sering menikmati waktu sore hari untuk sekedar berjalan-jalan disekitar pantai ini. Jika diakhir pekan ataupun hari libur pantai ini juga banyak dikunjungi warga setempat. Disekitar pantai ini juga terdapat perumahan penduduk. 


6. Pantai Sumur Tiga, Pulau Weh



Pantai Sumur Tiga berlokasi di Desa Ie Meulee, dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari Pusat Kota Sabang. Pantai Sumur Tiga merupakan pantai pasir putih dan panorama alam yang sangat indah dan terletak di desa Ie Meulee. Lokasi wisata Sumur Tiga ini juga menyediakan fasilitas yang memadai seperti cottage untuk para wisatawan domestik dan wisatawan asing. di sini juga terdapat cafe dan warung makan untuk tempat bersantai. 


7. Pantai Ujung Kareung, Pulau Weh


Pantai ini berlokasi di Desa Ie Meulee, sekitar 2 km dari Pantai Sumur Tiga. Jarak tempuh dari pusat kota Sabang sekitar 45 menit.Pantai yang satu ini bisa dijadikan tempat untuk menyalurkan hobi memancing. Selain itu panorama disekitar pantai ini sungguh memukau mata memandang.


8. Taman Laut Sabang, Teluk Sabang



Taman Laut Rubiah terletak sekitar 23, 5 km sebelah barat kota Sabang, dapat dicapai melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat. Dan terletak bersebelah dengan desa iboih. Taman Wisata Laut ini terletak di teluk Sabang, yang merupakan kawasan dari Pulau Rubiah dan Pulau Seulako, dan juga dekat dengan pantai Teupin Layeu Iboih, dengan air laut yang sangat tenang dan jernih, di sini dapat ditemukan berbagai jenis terumbu karang dan juga bermacam species ikan yang beraneka warna.

Dapat ditemukan antara lain gigantic clams, angel fish, school of parrot fish, lion fish, sea fans, dan masih banyak lagi. Bagi penggemar snorkel, Octopus (gurita) dapat dilihat disini.

Taman Laut Rubiah merupakan surganya turis dan para penggemar diving dan snorkling, jika pengunjung ingin melihat terumbu karang yang ada di dasar pantai, di perkirakan hanya berjarak sekitar 5 meter dari tepi pantai.

Selain itu tersedia sarana motor boat untuk menjelajahi pulau Rubiah dan pulau Seulako yang juga merupakan bagian dari taman wisata tersebut.

Di lokasi objek wisata ini juga menyediakan akomodasi berupa penginapan dan warung makan tersedia di desa Iboih. Iboih adalah desa kecil dimana kondisi dan layanan penduduk sangat menunjang kenyamanan dalam menikmati alam sekitar. Di sini juga terdapat penyewaan peralatan snorkel untuk diving.


9. Taman Wisata Alam Sabang, Pulau Weh



Wisata ini berlokasi di Desa Iboih, Km 23 dari Kota Sabang menuju Kilo Meter 0 Indonesia. Taman Wisata Alam Sabang ini telah ditetapkan oleh pemerintah dengan luas Taman Wisata Alam 1.300 Ha, sebagai daerah "Special Nature Reserve".

Flora dan Fauna yang ada di Taman Wisata Alam Pulau Weh meliputi hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis. Jenis-jenis penyusun hutan mangrove antara lain Avicenia alba, Sonneratia sp dan Rhizophora sp. Jenis fauna yang sering dijumpai adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), biawak (Varanus salvator), kucing hutan (Felis bengalensis), landak (Hystrix Brachiura), ular phyton (Phyton sp) dan babi hutan (Sus scrofa). Jenis-jenis aves yang sering terlihat antara lain elang laut (Haliastur indus), raja udang melayu (Cenyx rufidorsus), cangak abu (Ardea sumatrana), walet (Callocalia sp), burung layang-layang (Cypsiurus battasiensis), burung punai (Treron vernans), burung alap-alap (Falco amaurensis) dan dapat dijumpai juga burung dara nicobar (Caloenas nicobaria).


10. Danau Aneuk Laot, Pulau Weh


Bertempat di Kelurahan Aneuk Laot, Jarak tempuh sekitar 30 menit dari Kota Sabang. Danau Aneuk Laot merupakan danau terbesar di pulau Weh dan sebuah pulau yang memiliki panorama yang indah, pulau ini juga merupakan sumber mata air penduduk daerah ini.

Aneuk Laot adalah bahasa Aceh, yang bearti Anak Laut. Danau Aneuk Laot ini berada ditengah-tengah kota Sabang, dengan panorama yang indah untuk dinikmati disiang hari, karena tempatnya sejuk dan bila senja tiba kita juga bisa menikmati sunset yang mempesona, dan jika malam tiba cahaya dari lampu-lampu dari atas bukit Kota Sabang meneranginya. Danau ini merupakan sumber mata air bagi seluruh penduduk Pulau Weh. 


11. Kawasan Wisata Benteng Jepang



Berada di Desa Ie Meulee, di sisi timur kota Sabang. Kawasan Wisata Benteng Jepang merupakan lokasi Peninggalan Sejarah pada masa pendudukan Jepang.

Kawasan Wisata ini terletak diatas bukit, dan melalui jalan setapak yang sudah diperbaharui, dari atas bukit ini pemandangan yang bisa dilihat sungguh indah dan mempesona.

Di lokasi wisata ini juga kita bisa temukan peninggalan kuno pada jaman Jepang, berupa benteng beserta meriamnya yang terletak di atas puncak bukit, dari sini kita juga bisa melihat pemandangan laut biru yang indah dan eksotik. 

  
12. Monumen Kilo Meter Nol Indonesia  


 Tugu Km 0 Indonesia bagian Barat, terletak di Pulau Weh, Kota Sabang, Aceh Nangroe Darussalam (NAD), 25 km ke arah Barat dari kota Sabang.

Tugu ini dibangun tahun 1997 dan diresmikan oleh Wakil Presiden H. Try Sutrisno. Saat ini Tugu Km 0 ini menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama turis domestik maupun mancanegara. Walaupun saat ini fasilitasnya masih kurang, tapi Tugu Km 0 ini selalu ramai dikunjungi orang.

Apabila anda telah sampai di Banda Aceh, maka tidak lengkap apabila anda belum sampai di Sabang, dan apabila anda telah sampai di Sabang, maka belum lengkap apabila anda belum sampai Tugu Km 0 Indonesia ini.

Monumen Kilometer 0 Indonesia ini terletak di Kawasan Taman Hutan Sabang, di sini kita bisa menikmati suasana hutan asri yang tenang dan sejuk. Selain itu dari atas tugu ini juga bisa dilihat pemandangan laut samudra India yang mempesona.

Sebenarnya bagian yang paling barat Indonesia adalah Pulau Rondo yang kira-kira jaraknya sejauh Kota Banda Aceh ke Pulau Weh (sekitar 45 menit menggunakan speed boat). Dikarenakan Pulau Weh merupakan pulau yang berpenduduk, maka titik nol kilo meter Indonesia di mulai di sini.

Bagi anda berwisata ke Km 0 Sabang, hendaknya meminta sertifikat sebagai kenang-kenangan telah tiba ditempat permulaan wilayah NKRI.



KOTA BANDA ACEH


1.Pantai Cermin Ulee Lheue



Pantai Cermin Ulee Lhee berada di Desa Ulee Lheue, Kec.Meuraxa. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kota Banda Aceh. pelabuhan kapal feri Ulee Lhee juga berada di kawasan objek wisata pantai cermin ulee lhe ini, sangat ramai pengunjung dari domestik yang berwisata utnuk kegiatan memancing dan menikmati panorama alam sekaligus menikmati indahnya sunset di sore hari.

Selain itu juga menyediakan fasilitas transport seperti, perahu motor (boat) yang menuju kawasan wisata di Pulo Aceh (Kabupaten Aceh Besar).


2. Gunongan/ Taman Putroe Phang


Taman ini berada di Jln Teuku Umar, Kota Banda Aceh.Taman Putroe Phang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1608-1636) atau disebut juga Gunongan. Sultan Iskandar Muda Membangun Taman Putroe Phang untuk Permaisurinya, Putri Pahang. Menurut sejarah, Putri Pahang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang, Malaysia. Sultan yang mengetahui kerinduan permaisurinya kemudian membangun taman sari ini, berbentuk menyerupai bukit-bukit yang terdapat di Pahang. Aslinya Putri Pahang atau dalam bahasa Aceh Putroe Phang bernama Putri Kamaliah. Namun rakyat Aceh memanggilnya dengan sebutan Putroe Phang.

Tidak hanya cantik, tapi beliau juga seorang wanita yang cerdas. Beliau adalah penasehat suaminya dalam pemerintahan. Seperti terlihat dalam semboyan yang banyak dikenal dalam kehidupan bermasyarakat. Beliau juga membuat hukum tentang perlindungan anak dan perempuan. Hukum ini kemudian diterjemahkan dan diwujudkan oleh putri beliau, Ratu Safiatuddin sehingga di Aceh Besar dan Aceh Pidie, hukum waris tidak saja berdasarkan pada hukum Islam, tapi juga dipengaruhi oleh hukum adat. Misalnya oleh orang tua, rumah selalu diwariskan pada anak perempuan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan munculnya sebutan "Porumoh" (pemilik rumah) untuk istri dalam masyarakat Aceh. 


3. Makam Syiah Kuala


Sekarang letak makam Syiah Kuala ini sekitar 50 meter dari pinggir laut, sebelum Tsunami jaraknya sekitar 100 Meter. Lokasi tempat ini tidak jauh dari muara Sungai Aceh (Kreung Aceh). Jarak dari pusat kota sekitar 3 km.Karena letaknya tidak jauh dari muara sungai yang dalam bahasa Aceh disebut Kuala, maka nama makam tersebut disebut Syiah Kuala. Tengku Syiah Kuala yang bernama " Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi As-Singkili" merupakan salah seorang ulama besar yang sangat terkenal dan telah menulis banyak buku tentang agama Islam. Beliau juga diangkat menjadi Kadhi Malikul Adil pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin pada abad ke-17 Masehi.

Beliau membangun sebuah perguruan agama Islam yang telah menghasilkan banyak ulama. Kuburan beliau masih banyak dikunjungi oleh penziarah terutama murid-murid dari bekas murid beliau yang ada di Sumatera Barat dan Malaysia. Kawasan pekuburan ini juga terkena dampak dari Tsunami yang lalu. Saat ini (tahun 2008), situs ini sedang dipugar oleh pemerintah kota Banda Aceh.


4. Makam Putroe Ijo 


Komplek makam yang beralamatkan di kampung Pandee, Kec.Kutaraja. Banda Aceh ini terletak di area perumahan penduduk. Kompleks Makam Putroe Ijo merupakan Kompleks Pemakaman raja-raja yang pernah memerintah dikerajaan Aceh. Lokasi Kompleks Pemakaman ini tidak jauh dari Pantai Kuala Aceh, yang sebagian dari makam terlihat rusak akibat Tsunami yang melanda Aceh.


5. Makam Raja-Raja Kampung Pandee


Lokasi di Kampung Pandee, Kec.Kutaraja. Kota Banda Aceh. Kompleks makam ini terletak diarea perumahan penduduk. Letak kompleks pemakaman ini tidak jauh dari pantai Kuala Aceh, sehingga banyak dari makam-makam para raja tersebut habis dilanda Tsunami th 2004 yang lalu, dan sebagian dari makam tersebut masih ada. 


6. Makam Sultan Iskandar Muda


Lokasi Jln. Sultan Alaidin Mahmud Syah (Japakeh), Kompleks Baperis Museum Aceh, disamping Pendopo Gubernur NAD.  Sultan Iskandar Muda merupakan tokoh penting dalam sejarah Aceh. Aceh pernah mengalami masa kejayaan, kala Sultan memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636 ia mampu menempatkan kerajaan Islam Aceh di peringkat kelima di antara kerajaan terbesar Islam di dunia pada awal abad ke-17 Masehi. Saat itu Banda Aceh yang merupakan pusat Kerajaan Aceh, menjadi kawasan bandar perniagaan yang ramai karena berhubungan dagang dengan dunia internasional, terutama kawasan Nusantara di mana Selat Malaka merupakan jalur lalu lintas pelayaran kapal-kapal niaga asing untuk mengangkut hasil bumi Asia ke Eropa.

Ada pengandaian di Aceh menyebutkan, andaikan sekarang ada 10 pejabat tinggi yang punya sifat bijaksana seperti Sultan Iskandar Muda, maka keadilan akan berjalan dengan baik. Dia bisa bertindak adil, bahkan terhadap anak kandungnya. Dikisahkan, Sultan memiliki dua orang putera/puteri. Salah satunya bernama Meurah Pupok yang gemar pacuan kuda.Tetapi buruk laku Meurah, dia tertangkap basah sedang berselingkuh dengan isteri orang. Yang menangkap sang suami, di rumahnya sendiri pula. Sang suami mencabut rencong, ditusukkannya ke tubuh sang isteri yang serong. Sang suami kemudian melaporkan langsung kepada Sultan, dan setelah itu di depan rajanya sang suami kemudian berharakiri (bunuh diri).

Sang Sultan, yang oleh rakyatnya dihormati sebagai raja bijaksana dan adil, jadi berang. Meurah Pupok disusulnya di gelanggang pacuan kuda dan dipancungnya (dibunuh) sendiri di depan umum. Maka timbullah ucapan kebanggaan orang Aceh: Adat bak Po Temeuruhoom, Hukom bak Syiah Kuala. Adat dipelihara Sultan Iskandar Muda, sedang pelaksanaan hukum atau agama di bawah pertimbangan Syiah Kuala. Murah Pupok dikuburkan di kompleks pekuburan tentara Belanda yang terkenal dengan nama "KerKhoff Peutjoet"


7. Makam Tuan Di Kandang


Bertempat di Kampung Pandee, Kec.Kutaraja. Banda Aceh. Kompleks Makam ini terletak di area Perumahan Penduduk. Kompleks Makam Tuan Di Kandang ini tidak jauh dari Pantai Kuala Aceh, dan sebagian dari makam rusak akibat Tsunami yang melanda Aceh. Di kawasan ini juga terdapat perumahan penduduk setempat. 


8. Kompleks Makam Kandang XII


Kompleks makam ini berada di Jl.Sultan A.Mahmudsyah, Kelurahan Keuraton,  Kec.Baiturrahman. Kota Banda Aceh. Di Kompleks Makam Kandang XII ini terdapat 12 makam para raja yang pernah memerintah di Aceh. Di makam ini dapat dijumpai tulisan kaligrafi indah dalam bahasa Arab. Makam Para Raja atau Sultan tersebut antara lain: Sultan Ali Mughayatsyah (1511-1530), Sultan Alaiddin Riayatsyah Al-Qahar (1537-1568). 


9. Kuburan Belanda Kerkhoff


Kerkhoff disebut juga sebagai Peutjoet atau asal kata dari Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal. Putra tersebut dikuburkan di tengah-tengah kuburan para tentara Belanda yang kelihatannya sangat kontras yaitu kuburan orang muslim diantara kuburan orang kristiani. Sekitar 2200 tentara Belanda termasuk 4 jenderalnya sejak tahun 1883 hingga 1940an dikuburkan di sini. Untuk melihat nama-nama, tahun dan tempat mereka gugur dapat dilihat di depan gerbang masuk. Kompleks makam ini berada di Jl. Sultan Iskandar Muda berseberangan jalan dengan Lapangan Blang Padang Banda Aceh. Kira-kira 1 km dari Mesjid Raya Baiturrahman.


10. Makam Kandang Meuh


 Kompleks makam yang bertempat di Jl. Sultan Alaidin Mahmud Syah, Kota Banda Aceh ini merupakan pemakaman para raja dan Sultan Aceh yang pernah berkuasa, antara lain Sultan Alaiddin Mahmudsyah tahun1760.


11. Masjid dan Makam Tgk. Di Anjong



Masjid yang berada di Desa Peulanggahan, Kec.Kuta Raja. Kota Banda Aceh ini didirikan pada abad 18 Masehi oleh seorang ulama yang berasal dari Arab Saudi, tepatnya dari Negara Yaman. Beliau yang bernama Al Qutb - Al Habib - Sayyid Abubakar bin Husain Bilfaqih, atau yang lebih dikenal dengan nama "Teungku Di Anjong" adalah gelar kehormatan bagi beliau. Di Anjong berarti yang di Sanjung atau di Muliakan. Selain masjid disini juga terdapat Makam Teungku Di Anjong".


12. Monumen Kereta Api 


Pada tahun 1970 Kota Banda Aceh masih menggunakan kereta api sebagai salah satu sarana transportasi. Kereta api ini mencapai rute hingga Kota Medan di Sumatra Utara. Kini Lokomotif dan salah satu gerbong barang dari kereta api tersebut dibuat menjadi Monument Kereta Api yang berada di Jl.Sultan A.Mahmudsyah. Banda Aceh, dan menjadi salah satu sejarah transportasi di Aceh.


13. Monumen Pesawat RI Pertama


Pada masa awal Kemerdekaan RI tahun 1948, keuangan Negara teramat parahnya, sehingga tidak mampu untuk membeli pesawat untuk keperluan perjalanan, khususnya keperluan perjalanan politik pemimpin negara. Untuk keperluan itu, Presiden pertama Indonesia Soekarno, menganggap Aceh adalah satu-satunya daerah modal di Indonesia di mana dapat diminta bantuan. Pada saat itu Presiden Soekarno sendiri memohon pada rakyat Aceh untuk dapat membantu menyumbangkan apa saja agar dapat membeli sebuah pesawat.

Dengan semangat membantu Republik ini, rakyat Aceh dahulu (Atjeh), rela melepaskan apa saja baik itu uang tunai maupun emas perhiasan dari para wanita Aceh zaman dahulu untuk membeli pesawat.
Foto Pesawat tersebut adalah DC-01 yang bernama Seulawah (dari nama Gunung Tertinggi di Aceh Besar dan Pidie) merupakan pesawat pertama Republik Indonesia dengan kode RI-01. Dan dari sinilah lahirnya cikal bakal Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia.


14. Pintu Khop


 Dibangun Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pinto Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Disana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri mandi bunga. Ditempat itu pula oleh Sultan dibangun sebuah perpustakaan dan menjadi tempat sang permaisuri serta Sultan menghabiskan waktu sambil membaca buku selepas berenang, keramas dan mandi bunga.Tempat ini sangat mudah untuk Anda kunjungi karena terletak di dekat Pusat Kota Banda Aceh tepatnya di Jln.Sultan Alaidin Mahmudsyah, Kota Banda Aceh.


15. Museum Negeri Aceh

Barang yang paling istimewa yang dipamerkan di Museum Negeri adalah Lonceng Cakra Donya dengan tulisan China "Sing Fang Niat Toeng Juut Kat" dari Kaisar China. Lonceng dibawa ke Aceh oleh Admiral Cheng Ho yang terkenal pada thn 1414 yang diberikan untuk Ratu Nahrisyah yang memimpin Kerajaan Samudra Pasai thn 1416-1428 M.

Berbagai macam barang-barang antik lainnya dikumpulkan bertahun-tahun dan ditempatkan di gedung yang bergaya tradisional yang dibangun oleh Gubernur Belanda H.N.A Swart tahun 1914 danbelokasi di Jl. Sultan Alaidin Mahmud Syah, berlokasi di dekat kediaman (Pendopo) Gubernur NAD.

16. Museum Ali Hasjmy

Ali Hasjmy dilahirkan di Lampaseh, Banda Aceh 28 Maret 1914, dan meninggal di Banda Aceh, 18 Januari 1998. Dikenal sebagai Ulama, Sastrawan, Budayawan dan juga sebagai Politikus. Pernah menjabat Gubernur Aceh dan Rektor IAIN Jami`ah Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh. Beliau juga pernah menjabat Anggota dewan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) Pusat. Ketika beliau tidak aktif lagi di Pemerintahan dan hanya aktif di dunia pendidikan, telah puluhan kali A.Hasjmy menyampaikan makalah dalam berbagai kesempatan seminar, lokakarya, simposium, konferensi dan muktamar, baik itu didalam negeri maupun diluar negeri. Sebagai bentuk apresiasi dirinya terhadap perkembangan keilmuan, beliau mendirikan Yayasan Pendididkan Ali Hasjmy pada awal tahun 1989.

Pada tahun 1990 beliau mewakafkan kepada Yayasan berupa tanah seluas hampir 3000 m2, buku-buku lebih dari 15.000 jilid, naskah-naskah kuno, album-album foto bernilai sejarah dan budaya, juga banyak sekali benda benda pusaka bernilai sejarah tinggi. Semua barang barang milik beliau tersebut dijadikan koleksi Perpustakaan dan Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy. Pada tanggal 15 Januari 1991, Perpustakaan dan Museum ini diresmikan oleh Prof.DR.Emil Salim, sebagai Menteri Negara Urusan Kependududkan dan Lingkungan Hidup pada saat itu. 

Museum ini berlokasi di Jln.Jenderal Sudirman No.20. Banda Aceh.

17. Museun Tsunami Aceh


Museum Tsunami Aceh berlokasi di Jl.Sultan Iskandar Muda, bersisian dengan Kuburan Belanda Kerkhoff. Kota Banda Aceh. Museum ini diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pd tgl 23 Februari 2009. Gedung Museum ini dibangun dengan konsep ""Rumoh Aceh Escape Hill" yang berasitektur khas Aceh, terlihat dari design eksterior yang berciri tari saman, juga design interiornya yang menggambarkan kebesaran sang Pencipta Alam Semesta Allah S.W.T.


18.Galeri Lukisan Sayed Dahlan Al-Habsyi



Galerii ni dapat Anda temukan di Jl. Tengku Imum Lueng Bata No.2. Simpang Lueng Bata. Banda Aceh. Sayed Dahlan Al-Habsyi lahir di Panton Labu Aceh, 15 Juni 1944. Beliau adalah seorang seni rupa (pelukis) senior yang telah lama mendedikasikan ilmunya dilembaran kanvas sejarah seni rupa Aceh yang kaya akan kebudayaan. Hasratnya yang ingin mengembangkan dan melestarikan Budaya Seni Rupa Aceh patut dihargai. Sejak tahun 1962 telah menekuni dunia senirupa dan telah mengikuti event Pameran berskala Nasional yang diselenggarakan di Sumatra dan Jawa. Agar tidak melupakan regenerasi, beliau mempersembahkan ilmunya untuk anak bangsa dengan mendidik mereka melalui Sanggar Seni Rupa Sayed Art saat menetap di Kota Lhokseumawe pada tahun 1969-2003.

Pada tahun 1981 beliau mewujudkan gagasannya yang telah lama menjadi obsesi, yaitu Lukisan yang memvisualkan Sejarah Aceh Sepanjang Sejarah, dan menjadi rujukan standard bagi regenerasi selanjutnya atau siapa saja yang ingin mengkaji Sejarah tentang Aceh. Dan untuk hal ini beliau telah mendapatkan dukungan penuh dari Gubernur Aceh pada saat itu.


19. Laga Sapi (Peupok Leumo)


Sapi-sapi yang akan dilaga ini umumnya berbadan kekar karena dipelihara secara sangat bersahaja. Pada waktu-waktu tertentu dan di tempat tertentu, ditentukan acara laga sapi. Acara ini sangat menarik dikarenakan para penonton dengan semangat memberi komentar dari pinggir lapangan agar sapi-sapi yang ditonton tsb mau bertarung dengan seru, sedangkan para pengadu sapi biasanya satu atau dua orang di setiap bagian juga memberi semangat kepada sapi mereka. Dalam Laga Sapi ini para juri yang akan menentukan kapan waktu mulai atau berhenti dengan meneriakkan waktu dalam hitungan menit.


20. Taman Kota Krueng Aceh 



Keberadaan Krueng Aceh yang membelah kota Banda Aceh ini dimanfaatkan Pemerintah Kota Banda Aceh dengan dibuatnya Taman Kota Krueng Aceh yang asri dan nyaman. Dengan Konsep Water Front City nantinya taman ini akan dilengkapi dengan sarana penunjang wisata seperti perahu dan alat memancing. Lokasi Jl.Hamzah Bendahara, Simpang Surabaya. Kota Banda Aceh.


21. Masjid Raya Baiturrahman 

Dibangun pada abad ke-13, struktur aslinya terbakar beberapa kali selama awal Perang Aceh termasuk penyerangan Belanda di Kutaraja (Banda Aceh) pada tahun 1873. Masjid ini dibangun kembali pada 1875 dengan banyak renovasi dan pengembangan termasuk satu yang dibangun oleh Pemerintah Militer Belanda pada 1883 dengan arsitektur luar biasa dengan karakter masa kini, seperti 5 kubah, 2 menara, dinding putih dengan dekorasi pilar-pilar yang indah.


22. Masjid Baiturrahim Ulee Lheue

Masjid Baiturrahim ini merupakan satu-satunya bangunan dipinggir pantai Ulee Lheue yang berdiri kokoh pada saat Tsunami menerjang Kota Banda Aceh, padahal bangunan-bangunan lainnya yang berada dipinggir pantai habis luluh lantak. Berlokasi di Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa. Kota Banda Aceh.


23. Masjid Bantuan Kesultanan Oman (Arab)


Pasca Tragedi Tsunami melanda Aceh, berbagai bantuan datang dari segala penjuru dunia, termasuk dari Kesultanan Oman yang berada di Jazirah Arab. Masjid indah di daerah Lamprit. Banda Aceh, ini pun dibangun yang merupakan bentuk rasa peduli mereka terhadap rakyat Aceh. 


24. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Nasional Provinsi NAD (Community & Tsunami Escape Building)  



Gedung yang dibangun di Ulee Lheu (Jl. Ulee Lheu ke Peukan Bada) atau di sebelah Kuburan Masal bekas Rumah Sakit Meuraxa, Desa Lambung-Desa Dayah Geulumpang- Dayah Teungoh ini dibuat dengan dana dari pemerintah Jepang dan baru selesai pada bulan Austus 2008. Gedung yang sangat kokoh dan tinggi ini mempunyai tangga termasuk untuk orang cacat. Gedung ini diperuntukkan untuk masyarakat setempat agar bisa dipakai sebagai balai warga untuk keperluan pertemuan dan sebagainya selain untuk tempat penyelamatan bila terjadi Tsunami. Kecuali gedung yang terletak di Ulee Lheue ini, ke tiga gedung lain mempunyai Helipad (tempat pendaratan helicopter) di bagian paling atas gedung.



25. Kapal Apung Tenaga Listrik PLN

Dikarenakan banyak menara transmisi listrik dari Sumatera Utara ke Aceh ditebang oleh pihak-pihak pemberontak pada masa konflik maka masalah kekurangan listrik di Banda Aceh menjadi sangat krusial sehingga PLN menempatkan Kapal Generator Listrik yang berukuran raksasa untuk mensuplai kebutuhan listrik di Banda Aceh melalui jalur laut. Pada hari minggu pagi tanggal 26 Desember 2004, gelombang Tsunami menghempas Kapal Besar tersebut sejauh lebih kurang 3KM dari pesisir pantai.



26. Kapal Diatas Rumah Penduduk


Keadaan ini dapat Anda saksikan di Kampung Lampulo, Kec.Kuta Alam. Kota Banda Aceh. Kapal ini adalah salah satu dari dari kapal-kapal yang terdampar kedaratan pada saat terjadi bencana Tsunami beberapa waktu lalu. Hingga saat ini keberadaan kapal ini tetap dipertahankan sebagai obyek wisata untuk mengingat akan peristiwa tersebut, dan dijadikan salah satu situs Peringatan Tsunami.



Kabupaten Aceh Besar


1. Pantai Lampu`uk



Lokasi ini terletak di Desa Meunasah Masjid, sekitar 15 KM dari Banda Aceh dan dekat dengan jalur Banda Aceh - Calang (Aceh Jaya).

Pantai Lampu’uk merupakan Objek wisata kebanggan masyarakat Kabupaten Aceh Besar, karena pantai ini sangat indah dengan landaian pasir putihnya yang lembut.
Objek wisata pantai Lampu’uk ini terletak di teluk, sehingga tempat ini sangat menarik untuk area rekreasi pantai seperti berenang, jetski, surfing, snorkeling, atau hanya sekedar untuk menikmati suasana pantainya yang sangat indah.

Sebelum terjadinya benca alam Tsunami, daerah ini merupakan perkampungan tradisional yang dominan penduduknya bekerja sebagai nelayan, petani cegkeh, pegawai pabrik Semen SAI dll.
Karena daerah ini terletak di bibir pantai dan di ujung pulau Sumatera, maka kerusakan akibat Tsunami sangat fatal. Sangat banyak penduduknya yang menjadi korban. Bantuan dari mancanegara yang sangat dominan terlihat di sini adalah bantuan fisik dari negara Turki seperti rumah bantuan, sekolah sekolah, dan infrastruktur lainnya.


2. Pantai Lhok Mee



Pantai Lhok Mee terdapat di desa Lamreh, Dusun Lhok. Lokasi ini merupakan pantai berpasir putih yg indah dan menjadi salah satu tempat rekreasi bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Di sepanjang pinggiran pantai terdapat warung yang menjual makanan dan minuman untuk para pengunjung, tidak jauh dari kawasan pantai ini terdapat perumahan penduduk setempat.


3. Pantai Lhok Nga


Bertempatdi Kecamatan Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar. Lhok Nga adalah kawasan wisata yang cukup popular di Kabupaten Aceh Besar. wisatawan yang berkunjung ke pantai Lhok Nga ini dominannya berasal dari kota Banda Aceh, dan letak lokasi wisata ini sangat dekat dengan PT.SAI (Semen Andalas Indonesia).

Sebelum bencana Tsunami melanda Aceh, kawasan pantai ini lebih indah dibandingkan dengan masa pasca Tsunami, karena lokasi objek wisata ini terkena abrasi oleh air laut, meskipun demikian sampai sekarang objek wisata pantai ini masih ramai dikunjungi, khusus nya pada saat hari libur.

Ketegangan ombak di pantai Lhok Nga ini sangat tinggi sehingga sering digunakan untuk kegiatan para pecinta surfing.


4. Pantai Ujong Batee



Pantai indah yang berlokasi di Kecamatan Mesjid Raya, atau dengan jarak tempuh sekitar 17 km dari Kota Banda Aceh ini memiliki pasir putih yang selalu menjadi tujuan wisata masyarakat daerah. Kawasan wisata ini juga berdekatan dengan obyek wisata Benteng Indra Patra.

Pantai ini juga merupakan lokasi wisata yang menyenangkan sebagai tempat rekreasi seperti berenang, berkemah maupun bersantai bersama keluarga.


5. Panorama Teluk Krueng Raya 


Panorama Teluk Krueng Raya merupakan panorama alam yang indah dan mempesona, dan keindahannya bisa terlihat dari Teluk Krueng Raya.

Dari panorama Teluk Krueng Raya ini juga terlihat Pelabuhan Malahayati, yaitu Pelabuhan khusus untuk kapal-kapal berukuran besar dan juga kapal cargo.Tempat wisata ini berada di Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya. Aceh Besar.


6. Pulau Keureusik


Pulau Keureusik terletak diantara Pulau Beras dan Pulau Nasi. Dari Pelabuhan Ulee-Lheu Banda Aceh menggunakan perahu motor (boat), jarak tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Kecamatan Pulo Aceh. Pulau Keureusik merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki banyak keindahan, dan terletak di Kecamatan Pulau Aceh atau Pulau Keureusik.

Keindahannya yang mengagumkan seperti pantai pasir putih yang eksotik, panorama alam yang asri, air pantainya yang jernih, selain itu juga terdapat keindahan ekosistem di bawah laut, seperti terumbu karang, bintang laut dan berbagai jenis ikan, serta ekosistem lainnya.

Sungguh objek wisata yang menarik, selain itu di pantai ini wisatawan bisa melakukan aktifitas pantai yang menyenangkan seperti berenang, memancing, dan snorkling.


7. Pulo Aceh


Terletak di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Dari Banda Aceh dengan menumpangi (boat) perahu motor membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Pulo Aceh adalah wilayah kecamatan dari kabupaten Aceh Besar, yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil dengan pemandangan alam yang sungguh indah dan mempesona, gugusan pulau-pulau yang indah ini, antara nya Pulau Breuh, Pulau Nasi, Pulau Keureusik, Pulau Bunta dan lain-lain.

Begitu juga dengan keindahan lainnya seperti pemandangan bawah laut yg tidak kalah indahnya, berbagai jenis ikan hias dan terumbu karang yang indah dapat ditemukan disini. 


 8. Ekowisata Balu Indah


Lokasi ini bertempat di Pulau Beras, Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Besar. Dari Banda Aceh (pelabuhan Ulee Lheu) dengan menggunakan perahu motor (speed boat) membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan.

Obyek wisata ini dikelilingi hutan lindung yg hijau dan hamparan pasir putih yang indah, menjadikan Pulo Aceh sebagai Kawasan objek wisata alam untuk menarik minat pengunjung. Dilengkapi dengan fasilitas seperti: empat cottage bercorak khas rumoh Aceh, satu unit kantor, dua unit rumah ukuran 4X5 meter, satu masjid disertai tempat wudhuk, satu sumur bor serta satu bale rehat. Fasilitas ini hanya berjarak sekitar 40 meter dari bibir pantai Balu Indah. Pengelola kawasan wisata ini adalah penduduk setempat yang telah dibekali pengetahuan mengenai pengelolaan objek wisata berlandaskan pada penjagaan dan pelestarian lingkungan.

9. Ie Seuum (Sumber Air Panas Alami)


Alamat lokasi ini yaitu berada di Desa Ie Seuum, Mukim Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya. Kab. Aceh Besar. Tempat ini letaknya di kaki gunung Seulawah sekitar 38 KM dari banda Aceh.

Sumber air panas (Ie Seuum) dengan suhu panasnya kira-kira 85 derajat Celcius, dengan volume air yang cukup besar, dan mempunyai 4 sumber mata air.

Pengunjung pada umumnya datang dari sekitar Kota Banda Aceh dan Kab.Aceh Besar. Seperti kita ketahui, bahwa air panas bumi mengandung belerang dan mineral lainnya yang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kulit.


10. Air Terjun Biluy



Obyek wisata ini terletak di Desa Biluy, Kecamatan Darul Kamal. Luas lokasi ini sekitar 5 hektar, dan juga terdapat taman. Fasilitas yang terdapat dilokasi ini cukup menunjang, antara lain rumah makan dan musholla. 


11. Air Terjun Seuhom, Lhoong


Air terjun ini berlokasi di Desa Krueng Kala, Kecamatan Lhoong. Kabupaten Aceh Besar. Dari Kota Banda Aceh jarak tempuh sekitar 1 jam, Perjalanan ke sana melalui rute Banda Aceh – Calang (Aceh Jaya), melewati Pantai Lampuuk dan Pantai Lhoknga. Posisi air terjun ini berada di tengah panorama alam yang indah dan alami. Di sekitarnya terdapat banyak pohon durian, sehingga pada musim durian banyak yang berjualan durian di sekitar air terjun. Di samping itu, di sekitar air terjun juga terdapat lokasi yang dapat digunakan untuk berkemah (camping). Air terjun yang deras ini juga menjadi sumber energi listrik bagi masyarakat di sekitar Desa Kreung Kala. Sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro kini telah dibangun di dekat air terjun dan dioperasikan untuk mengaliri listrik kepada sekitar 200 KK (Kepala Keluarga) penduduk Desa Kreung Kala. 


12. Krueng Jreu



Krueng dalam bahasa Aceh yang artinya Sungai. Selain menikmati pemandangan alam hutan yang asri, Dikawasan wisata ini pengunjung juga bisa melakukan aktivitas memancing disungai yang sangat jernih. Luas lokasi wisata ini sekitar 50 Hektar. Obyek ekowisata ini pantas untuk dikunjungi. 

Tempat wisata yang indah ini bertempat di desa Krueng Lam Kareung, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Jarak tempuh dari Kota Banda Aceh sekitar 35 menit.


13. Pocut Krueng Lhok Nga



Keberadaan tempat ini yaitu di Kecamatan Lhok Nga, bisa ditempuh dari pantai Lhok Nga sekitar 20 menit berkendaraan. Tepatnya dibelakang PT.SAI (Semen Andalas Indonesia). Bagi yang menyukai petulangan alam, lokasi ini tepat untuk dikunjungi, selain berperahu menyusuri sungai, bagi yang hobi menjelajahi goa alam bisa dilakukan disini.


14. Cagar Alam Jantho


Cagar alam ini berlokasi di Dari Banda Aceh (Ibukota Propinsi NAD) berjarak sekitar 50 Km. Dari Kota Jantho (Ibukota Kabupaten Aceh Besar) ke Kawasan Cagar Alam sekitar 9 km. Kawasan Cagar Alam Jantho menjadi kawasan lindung bagi pemerintah daerah Nangroe Aceh Darussalam. Berbagai Flora dan Fauna hidup dalam cagar alam ini. Waktu kunjungan terbaik pada bulan April s/d Agustus (Musim Kemarau) untuk menikmati pemandangan/panorama yang indah. Jenis Flora yang bisa didapati diantaranya hutan Pinus, Mampre, Jambu air, Gleum, Bremen, Sampang, Ara, Damar, Medang, Kayu hitam, Beringin, Meranti, Kandis, Rambutan hutan, Tampu, Ketapang, Medang ara, Lukup, Tampang, Lawang, Semiran, Anang, Jenarai, Kerakau, Rengen, Merbau.

Sementara keanekaragaman fauna yang bisa dijumpai seperti siamang, Owa, Macan dahan, Kucing Hutan, Rusa, Kijang, Kancil, Napu, Gajah, Kambing Hutan, Beruang, Trenggiling, Kukang, Kuao. 


15. Kebun Binatang Mini Jantho


Terdapat di sisi jalan raya Kota Jantho. Kebun Binatang Mini ini luasnya kurang lebih 4 hektare. Terdapat beberapa hewan-hewan langka yang dilindungi seperti: Orang Utan, Elang Laut, Beruang Madu, Kukang/Malu Malu, serta Bintarung, yaitu sejenis Musang berbulu lebat. Dan kebun binatang mini ini juga pernah diliput dalam acara Panji si petualang.


16. Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan


 Berlokasi di Desa Sukamulia, Kecamatan Lembah Seulawah. Obyek wisata ini bersisian jalan Banda Aceh-Medan. Obyek Ekowisata ini selalu menarik minat pengunjung yang ingin berpetualang dengan alam. Kabupaten Aceh Besar mempunyai 2 (dua) Obyek Ekowisata Hutan yaitu Cagar Alam Jantho dan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan. Kedua tempat ini merupakan Kawasan Konservasi Alam.


17. Benteng Indra Patra

Alamat lokasi di Kecamatan Masjid Raya, jalan Krueng Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh. Benteng Indra Patra dibangun pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Benteng ini dibangun untuk pertahanan dari serangan penjajah pada masa itu. Dan kemudian pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda benteng ini juga masih tetap difungsikan sebagai benteng pertahanan.


18. Kompeks Pemakaman Teuku Panglima Polem


Kompleks makam T. Panglima Polem bertempat di Desa Lamsie, Kecamatan Kuta Cot Glie. 

Teuku Panglima Polem yang kita kenal adalah Teuku Panglima Polem yang bernama asli Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud adalah Panglima Polem yang ke VIII. Beliau adalah salah satu Pahlawan Nasional RI yang berjuang melawan Penjajah Belanda.

"Panglima Polem" adalah gelar yang diberikan secara turun temurun pada anak lelaki dari Panglima Polem I hingga Panglima Polem ke IX yang tercatat sebagai Pejuang Kemerdekaan RI. Di Kompleks Pemakaman ini bisa dilihat makam dari sebagian para Panglima Polem.


19. Makam Teungku Chik DiTiro


Berlokasi di Desa Mureu Lam Glumpang, Kecamatan Indrapuri. 

Muhammad Saman, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Teungku Cik DiTiro (Pidie 1836-1891), adalah seorang Pahlawan dari Aceh. Ia adalah putra dari Teungku Sjech Ubaidillah. Sedangkan ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Sjech Abdussalam Muda Tiro. Ia lahir pada tahun 1836, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dajah Jrueng kenegerian Tjombok Lamlo, Tiro, daerah Pidie, Aceh. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat. Ketika ia menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu agamanya.

Selain itu tidak lupa ia menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana, sehingga ia mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme. Sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya, Teungku Cik DiTiro sanggup berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan, maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Keyakinan ini dibuktikan dengan kehidupan nyata, yang kemudian kebih dikenal dengan "Perang Sabi".

Dengan Perang Sabinya, satu persatu benteng Belanda dapat direbut. Begitu pula wilayah-wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan pasukan Cik DiTiro. Pada bulan Mei tahun 1881, pasukan Cik DiTiro dapat merebut benteng Belanda Lambaro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda merasa kewalahan akhirnya memakai "siasat liuk" dengan mengirim makanan yang sudah dibubuhi racun. Tanpa curiga sedikitpun Cik DiTiro memakannya, dan akhirnya meninggal pada bulan Januari 1891 di benteng Aneuk Galong.


20. Makam Teuku Nyak Arief  


Berlokasi di Desa Lamreueng,Kecamatan Ingin Jaya. Pada masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia, saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. Kemudian Beliau dilantik sebagai Gubernur Aceh pertama (1945–1946) oleh Gubernur Sumatra pertama, Moehammad Hasan, yang juga berasal dari Aceh. 


21. Makam Laksamana Malahayati 
 

Makam ini berada di atas bukit, di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar atau sekitar 34,5 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Laksamana Keumala Hayati atau dikenal dengan Laksamana Malahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Pada tahun 1585-1604, memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Selain berkedudukan sebagai Kepala Pengawal Istana, Malahayati juga seorang ahli politik yang mengatur diplomasi penting kerajaan pada saat itu. Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran di geladak kapal, dan mendapat gelar "Laksamana" untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Lokasi Pemakaman dari Puncak bukit terlihat pemandangan Teluk Krueng Raya dan pegunungan Bukit Barisan yang indah. Tidak jauh dari lokasi makam Malahayati, sekitar 3 km terdapat Benteng Inong Balee, diperkirakan benteng ini dibangun bersamaan dengan pembentukan pasukan Inong Balee. 


22. Makam Teungku Chik Pante Kulu


Makam ini berada di Desa Bak Sukon, Kecamatan Kuta Cot Glie.

Tgk Chik Pante Kulu adalah Ulama dan Pujangga kenamaan abad ke-19 menulis puisi "Hikayat Perang Sabi" setelah ia kembali dari pengembaraan selama empat tahun menuntut ilmu di Mekah. Ketika itu ia berumur 45 tahun. Didalam Hikayat Perang Sabi yang terkenal ini berisi puisi mengenai "Semangat Jihad" atau Semangat berperang di jalan Allah. Isi dari Hikayat ini dijadikan pegangan dan panutan para Pejuang/Pahlawan Aceh antara lain Teungku Chik Di Tiro dalam membela tanah air tercinta dari para Penjajah.


23. Perpustakan Kuno Tanoh Abee


Perpustakaan ini beralamatkan di Desa Tanoh Abee, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Jarak tempuh sekitar 42 km dari Kota Banda Aceh.

Perpustakaan ini merupakan tempat penyimpanan buku-buku dan catatan peninggalan ulama-ulama Aceh zaman dahulu, yang ditulis dalam bahasa Arab. Judul buku yang telah ditulis ini sebanyak 3.000 sampai dengan 4000 judul, yang kesemuanya itu ditulis tangan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, Sejarah dan kebudayaan Aceh dari abad 16 hingga 19 M. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee.

Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda. Perpustakaan ini banyak dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

24. Tugu Peringatan Penerbang Pertama Aceh Maimun Saleh 
 

Monumen ini berada di Kecamatan Montasik. Dokumen dari Serambi Online Tgl. 28 Januari 2008. Maimun Saleh adalah putra Aceh kelahiran Montasik Aceh Besar, merupakan orang pertama Aceh yang menjadi Pilot Pesawat terbang.


25. Museum Cut Nyak Dhien


Museum Cut Nyak Dhien bertempat  sekitar 6 km dari Kota Banda Aceh, Desa Lam Pisang, Kec.Peukan Bada. Kab.Aceh Besar.

Cut Nyak Dhien dikenal sebagai adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Aceh, dan berjuang melawan penjajah pada saat Perang Aceh Melawan Belanda. Beliau Lahir di Lampadang Aceh Besar 1848 – 6 November 1908,dan wafat di Sumedang, Jawa Barat, dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

26. Masjid Kuno Indrapuri



Lokasinya di Kecamatan Indrapuri, jarak tempuh sekitar 25 km dari kota Banda Aceh. Masjid Kuno Indrapuri ini dahulu adalah Candi dari Kerajaan Hindu Lamuri sekitar abad ke-12 Masehi dan merupakan tempat pemujaan sebelum Agama Islam masuk. Kemudian terjadi perang dengan pasukan bajak laut dari Cina, dan akhirnya dimenangkan oleh Kerajaan Lamuri atas bantuan Meurah Johan yaitu Pangeran dari Lingga (gayo), yang kemudian menjadikan Kerajaan Lamuri sebagai penganut Islam, tempat ini yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh. 


27. Masjid Rahmatullah Lampu`uk


 Mesjid yang bertempat di desa Lampu'uk ini dibangun pada awal tahun 1990 ini sangat kokoh dan berukuran cukup besar untuk jumlah penduduk Lampuuk sebelum Tsunami. Beberapa bagian dari dinding mesjid ini rusak namun secara keseluruhan mesjid ini masih berdiri tegak hingga sekarang. Daerah ini mendapat banyak bantuan dari Negara Turki. Disana terlihat tanda-tanda bantuan Turki baik itu kompleks perumahan disekeliling masjid maupun rehabilitasi masjid itu sendiri.


28. Lamsujen-Lhoong 


Daerah Lhoong khususnya Lamsujen merupakan daerah pergunungan yang terletak di sepanjang pantai barat di sekitar kilometer 54 dari Banda Aceh ke Lamno (Aceh Jaya). Pada bulan-bulan tertentu misalnya sekitar bulan Agustus, pengunjung baik pedagang atau orang-orang yang hanya ingin berekreasi untuk makan buah durian datang kedaerah ini.

Letak tempat tersebut sekitar 2 KM dari jembatan baru Lamsujen. Disana terdapat bendungan kecil dan lapak-lapak atau warung kecil yg menjual buah durian. Dikarenakan tempat ini terletak dekat dengan hutan penghasil durian, maka durian segar dapat dipilih sendiri dan harganya relatif murah.


Lihat juga tempat wisata di aceh part 2 http://jasri-irawan.blogspot.com/2014/12/tempat-wisata-di-aceh-part-2.html

tempat wisata di aceh Part 3 http://jasri-irawan.blogspot.com/2014/12/tempat-wisata-di-aceh-part-3.html



sumber : http://visitaceh.com






































2 komentar: